Ket : Gambar Kolase Ilustrasi sebuah penerapan dalam menjalankan kegiatan jurnalistik maupun kegiatan media sosial lainnya |
iTimes - Masa depan jurnalisme terutama terkait prinsip Cover Both Side akan sangat dipengaruhi oleh tren teknologi, perubahan sosial, dan tuntutan audiens yang semakin kritis. Ada beberapa hal yang diprediksi akan memengaruhi cara jurnalis menjalankan prinsip ini di masa mendatang:
1. Kecerdasan Buatan dan Algoritma Berita : Teknologi kecerdasan buatan (AI) sudah mulai diterapkan dalam pengumpulan, penulisan, dan distribusi berita. Di masa depan, algoritma dapat berperan lebih besar dalam menyaring informasi yang dianggap relevan, termasuk dalam menampilkan sudut pandang yang berbeda. Ini bisa menjadi pedang bermata dua, karena AI dapat membantu jurnalis mengelola informasi yang kompleks lebih cepat, tetapi juga bisa memperkuat bias algoritmik yang menguntungkan satu sisi.
2. Peningkatan Jurnalisme Kolaboratif : Mengingat tantangan yang semakin besar dalam verifikasi fakta dan tekanan untuk menghasilkan berita dengan cepat, jurnalis mungkin akan semakin sering bekerja sama dengan organisasi atau komunitas lain. Ini dapat mencakup kolaborasi dengan ahli di bidang tertentu, organisasi non-profit, atau lembaga pemeriksa fakta untuk memastikan kedua sisi yang disajikan benar-benar memiliki dasar yang valid.
3. Peran Platform Sosial : Media sosial seperti Facebook, Twitter, dan TikTok telah mengubah dinamika penyebaran informasi. Platform ini akan semakin penting dalam menentukan bagaimana cerita diceritakan, siapa yang mendengar kedua sisi, dan bagaimana narasi dibentuk. Dengan demikian, jurnalis harus menyesuaikan strategi mereka untuk memastikan prinsip "cover both sides" dapat bertahan di ekosistem digital yang sangat dinamis dan tersegmentasi.
4. Jurnalisme yang Lebih Lokal dan Kontekstual : Seiring dengan meningkatnya polarisasi di tingkat global, mungkin akan ada pergeseran menuju jurnalisme yang lebih kontekstual dan lokal. Pendekatan ini memungkinkan liputan yang lebih dalam terhadap isu-isu yang relevan dengan komunitas tertentu, sehingga "cover both sides" dapat diintegrasikan dengan lebih baik ke dalam narasi yang mencerminkan realitas lokal.
5. Perubahan Harapan Audiens : Audiens modern semakin terinformasi dan memiliki harapan yang lebih tinggi terhadap berita yang mereka konsumsi. Mereka tidak hanya menginginkan informasi yang seimbang, tetapi juga mendalam dan berdasarkan bukti kuat. Seiring dengan tumbuhnya kesadaran akan manipulasi media dan disinformasi, jurnalis akan diharapkan untuk mengembangkan standar baru dalam melaporkan kedua sisi cerita, termasuk transparansi yang lebih besar tentang bagaimana berita dilaporkan dan divalidasi.
Baca Juga : Tak Ingin Sesat, Pentingnya Cover Both Side Buat Para Jurnalistik dan Pegiat Media Sosial
Tantangan Etika dalam Menyajikan Dua Sisi
Etika jurnalisme akan terus menjadi landasan dalam memutuskan kapan dan bagaimana menerapkan "cover both sides". Beberapa tantangan etika yang mungkin muncul di masa depan meliputi:
1. Memberikan Platform untuk Informasi Berbahaya : Dalam beberapa kasus, meliput "kedua sisi" dapat berarti memberikan platform kepada kelompok yang mempromosikan kebencian, kekerasan, atau disinformasi yang membahayakan masyarakat. Jurnalis harus berhati-hati dalam menyaring informasi semacam ini dan memastikan bahwa melaporkan perspektif tersebut tidak menyebabkan kerugian lebih lanjut.
2. Keberimbangan vs Kebenaran : Terkadang, dalam upaya untuk mencapai keberimbangan, jurnalis bisa terjebak dalam jebakan relativisme, di mana kebenaran ilmiah atau bukti kuat diabaikan demi memberi ruang pada pandangan yang lemah atau tidak berdasarkan fakta. Tantangan ini akan terus relevan, terutama dalam meliput isu-isu kontroversial seperti perubahan iklim, kesehatan masyarakat, atau politik.
3. Menghindari Simplifikasi Berlebihan : Dunia yang kompleks membutuhkan jurnalisme yang mampu menangkap nuansa dan kerumitan. Namun, dengan tekanan untuk menyederhanakan berita agar lebih mudah dikonsumsi, ada risiko bahwa pendekatan "cover both sides" menjadi terlalu sederhana dan tidak merefleksikan kenyataan yang lebih dalam. Ini adalah tantangan yang akan terus dihadapi jurnalis, terutama dalam liputan berita harian yang cepat.
Kesimpulan
Masa depan prinsip "cover both sides" dalam jurnalisme akan sangat tergantung pada bagaimana media dan jurnalis beradaptasi dengan tantangan baru di era digital, sosial, dan politik yang terus berubah. Meskipun ada tantangan besar, peluang juga terbuka lebar untuk menciptakan jurnalisme yang lebih akurat, adil, dan relevan bagi audiens modern. Pada akhirnya, jurnalisme yang sukses akan menjadi yang mampu menyajikan cerita dengan integritas, menghormati semua sudut pandang yang valid, dan tetap setia pada fakta yang bisa diverifikasi.
Prinsip "cover both sides" bukan hanya soal memberikan ruang yang sama untuk kedua sisi, tetapi juga tentang memahami konteks, menganalisis fakta dengan teliti, dan memikul tanggung jawab etis dalam setiap laporan yang dibuat. Dengan cara ini, jurnalisme dapat terus memainkan perannya sebagai pengawas yang netral, tetapi juga sebagai pengarah moral dan intelektual bagi masyarakat yang terinformasi.
Tonton Juga Video Lainnya