Tak Berjalan Mulus, Inilah Tantangan dan Solusi dalam Penerapan Cover Both Sides

Tak Berjalan Mulus, Inilah Tantangan dalam Penerapan Cover Both Sides
Ket : Gambar Kolase Ilustrasi sebuah penerapan dalam menjalankan kegiatan jurnalistik maupun kegiatan media sosial lainnya


iTimes - Meski prinsip cover both sides tampak sederhana, penerapannya sering kali menghadapi tantangan di lapangan. Beberapa di antaranya adalah:

1. Ketidakseimbangan Informasi : Tidak semua pihak yang terlibat memiliki akses yang sama terhadap media. Kadang-kadang, ada pihak yang lebih kuat atau lebih terorganisir dalam menyampaikan narasi mereka, sementara pihak lain mungkin tidak memiliki platform atau kesempatan untuk menyuarakan pendapat mereka. Hal ini dapat menciptakan ketimpangan dalam pemberitaan.

2. Misinformasi dan Disinformasi : Saat wartawan merasa harus menampilkan kedua sisi secara setara, ada risiko bahwa informasi yang tidak benar atau menyesatkan disajikan dengan porsi yang sama seperti informasi yang didukung fakta. Ini terutama menjadi masalah dalam isu-isu kontroversial, di mana pihak-pihak tertentu mungkin menyebarkan informasi yang salah untuk menyesatkan publik.

3. Polarisasi Isu : Dalam beberapa kasus, meliput kedua sisi dapat memperparah polarisasi dalam masyarakat. Isu-isu yang sangat kontroversial, seperti perubahan iklim atau vaksinasi, mungkin dihadirkan seolah-olah kedua pandangan sama-sama sahih, padahal konsensus ilmiah telah terbentuk di satu sisi. Hal ini dapat memperkuat perpecahan di masyarakat dan mengaburkan kebenaran.

4. Tekanan Eksternal : Tekanan dari pihak-pihak tertentu, seperti pemerintah, korporasi, atau kelompok kepentingan, dapat mempengaruhi bagaimana berita disajikan. Wartawan mungkin berada di bawah tekanan untuk memberikan ruang bagi sudut pandang tertentu, bahkan jika sudut pandang tersebut tidak berdasarkan fakta yang kuat.

Solusi dan Alternatif

Meskipun "cover both sides" adalah prinsip yang baik dalam banyak situasi, ada kalanya pendekatan ini perlu diadaptasi. Berikut beberapa alternatif yang bisa digunakan untuk melengkapi atau menggantikan prinsip ini:

1. Jurnalisme Berdasarkan Fakta (Fact-based Journalism) : Fokus pada fakta yang terverifikasi, meskipun hanya satu sisi yang didukung bukti kuat. Dalam pendekatan ini, wartawan tidak merasa perlu menampilkan pandangan yang salah atau tidak berdasar hanya demi keseimbangan semu.

2. Jurnalisme Solusi (Solutions Journalism) : Alih-alih hanya melaporkan konflik atau masalah, pendekatan ini mendorong wartawan untuk mengeksplorasi solusi dari berbagai pihak. Ini dapat memberikan perspektif yang lebih positif dan konstruktif bagi audiens, terutama dalam isu-isu sosial atau lingkungan.

3. Jurnalisme Advokasi (Advocacy Journalism) : Beberapa jurnalis memilih untuk secara eksplisit mendukung sudut pandang tertentu, terutama dalam hal-hal yang melibatkan hak asasi manusia atau keadilan sosial. Meskipun ini bisa dianggap bias, dalam konteks tertentu, seperti melawan ketidakadilan, pendekatan ini dapat memberikan dampak positif.

Kesimpulan Akhir

Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh informasi, "cover both sides" tetap menjadi salah satu prinsip inti dalam jurnalisme. Namun, wartawan juga perlu memahami batasan dan risiko dari pendekatan ini. Ada kalanya, keadilan dalam pemberitaan bukan berarti menampilkan dua sisi secara setara, melainkan menampilkan kebenaran dengan cara yang paling akurat dan bertanggung jawab. Dengan menggabungkan prinsip "cover both sides" dengan pendekatan lain yang lebih fokus pada kebenaran dan solusi, jurnalisme dapat tetap relevan dan bermanfaat dalam membentuk opini publik yang lebih cerdas dan berinformasi.

Tonton Juga Video Lainnya


(Tim Network News)

Previous Post Next Post